Sekarang Ini Pencitraan Lebih Penting Dibanding Dengan Hasil Kerja Keras
Sekarang Ini Pencitraan Lebih Penting Dibanding Dengan Hasil Kerja Keras - Seperti terlanjur mendeklarasikan diri sebagai oposisi, mungkin mereka setiap saat berdoa, agar dunia kebalikan yang cuma ada di cerita Sponge Bob, bisa menjadi nyata di bumi ini. Kalau pemerintah menunjukkan prestasi bagus, oposisi harus sebisa mungkin membalikkan opini. Itulah prosedur tetap yang akan selalu mereka jalankan. Kalau pemerintah berlaku hebat, oposisi harus mengatakan “tidak ada yang istimewa”, atau bahkan boleh jadi dikatakan “harusnya lebih baik lagi, jika bekerja dengan maksimal”. Agen Sbobet Online
Sebagai ilustrasi, rakyat Papua yang sejak lama, bersikap apatis dengan harga kebutuhan pokok melambung jauh diatas harga di daerah lain, ketika mereka sudah bisa menikmati keseragaman, justru dikatakan pencitraan, lalu apakah maunya dibiarkan berlaku seperti dulu ? Mungkin oposisi berkehendak, pihak otoritas mengeluarkan pernyataan, bahwa harga di daerah itu sudah dimaklumi seperti itu, pemerintah tidak akan mengubah secara radikal. Artinya, misi oposisi idealnya memasang umpan, maka akan muncul kritikan, bahwa seharusnya pihak berwenang membuat program pemerataan harga-harga di semua daerah. Dengan demikian, kesan oposisi sebagai inisiator penyeragaman akan timbul di hati rakyat. Namun hal itu sudah terlanjur menjadi nilai plus bagi pemerintah. Jadilah situasi kalah langkah yang terlanjur mereka alami, sehingga jurus menyelamatkan diri harus digunakan segera, yakni dengan menyebutnya sebagai pencitraan.
Dalam isu lainnya, ketika penggelaran infrastruktur mencapai kemajuan demikian kuatnya, muncul lagi komentar, seolah-olah kesejahteraan rakyat saat ini sedang diabaikan. Pemerintah hanya menghamburkan anggaran untuk biaya pembangunan yang memakan biaya tidak seditik. Padahal kalau dianalisis lebih jauh, jika tidak saat ini, kapan kita mulai meningkatkan kualitas infrastruktur ? Sementara negara tetangga sudah jauh meninggalkan tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan. Apakah ketimpangan yang dirasakan mereka dengan negara sebelah akan terus dibiarkan ? Sekali lagi, Jokowi tidak akan sudi menunda hal prinsip seperti itu, pemerintah tidak boleh abai dengan kesulitan warga wilayah terpencil, yang untuk sekedar belanja kebutuhan pokok saja harus menyeberang ke negara tetangga. Sungguh ironis, demi citra baik, oposisi lebih peduli kepentingan kelompok mereka. Kenapa cara pandangnya tidak digeser, jika rakyat mereka dorong menjadi lebih baik, maka citra mereka juga akan terdongkrak naik? Agen Bola Online
Politik pencitraan nyatanya memang betul seperti dikatakan seorang pengamat, adalah kebohongan semata, yang tidak mengandung isi apapun. Ibarat tong kosong nyaring bunyinya, suara tabung yang paling nyaring, adalah yang tidak berisi apapun di dalamnya.
Pengamat politik Jerry Sumampow mengharapkan Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) tidak mengikuti jejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memainkan politik “pencitraan” saat memerintah. Karena dia tegaskan, masyarakat sudah muak dengan dengan politik “pencitraan” yang ditontonkan Presiden SBY selama 10 Tahun ini. Masyarakat menurut dia, sekarang lebih mengharapkan pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) melakukan politik aksi nyata atau politik kerja (sumber : tribunnews.com).
Lebih jauh Jerry menyatakan, politik pencitraan adalah politik tipu menipu, dimana rakyat diperlihatkan sesuatu hanya pada permukaan, sementara hal yang berbeda yang terjadi di balik layar, jauh dari keadaan sebenarnya.
Kalau politik sudah demikian mapan dengan politik pencitraan, yang dalam pengertian tipu menipu, berarti ada masalah prinsip yang selama ini dinafikkan, nilai-nilai kemanusiaan yang tidak mungkin dilandasi kebohongan. Bagaimana mungkin kenyataan hidup menyandarkan harapan pada berbagai trik dan tipu menipu ? Kalau masyarakat dalam realitasnya mendapatkan harga barang senilai Rp. 500 ribu per zak semen, bagaimana mungkin kita meyakinkan mereka bahwa nilai seperti itu adalah wajar. Hal yang diabaikan lainnya adalah kehadiran negara dan pemerintah, dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tidak mungkin dilakukan dengan tipu menipu. Logika harus ditampakkan dengan benar. Bandar Casino Terpercaya
Pihak yang bersuara bahwa pemerintah melakukan politik pencitraan, justru saat ini sedang memperlihatkan, merekalah yang berlaku demikian. Kita cermati drama pengguliran Pansus hak angket KPK, yang diklaim sebagai bertujuan menyelamatkan cara-cara penanganan hukum tipikor oleh KPK. Di sisi lain mereka hanya memfokuskan masalah pada penanganan kasus yang justru melibatkan diri mereka sendiri, khususnya dalam kaitan dengan kesaksian palsu, yang menjerat kolega mereka, Miryam S Hariyani.
Situasinya menjadi serba terbalik, pihak yang berteriak jangan berlaku pencitraan, tetapi yang melakukannya justru ada pada dirinya. Artinya, keinginan untuk tampak sebagai bersih, dengan melakukan hal yang sebaliknya, adalah ciri yang memperlihatkan pencitraan sejati, yang penuh tipu menipu dan kebohongan.
Tidak ada komentar