Project Printer 3D Mulai Mengancam Jasa Tukang Bangunan
Project Printer 3D Mulai Mengancam Jasa Tukang Bangunan - Beberapa tahun lalu, sejak saya mendengar kabar adanya printer 3D yang diproduksi masal dan dijual secara komersial, saya kaget. Kaget sekaligus nggumun, heran. Kok bisa ya? Sebab, saat itu imajinasi saya benar-benar mepet di sawah-sawah kering.
Saat mendengar kabar adanya printer 3D itu nyata, imajinasi saya langsung melayang tak tentu arah. Pernah ada sekilas saya membayangkan bakal bisa ngeprint duit logam sendiri. Pernah juga saya membayangkan bakal bisa ngeprint pesawat tempur atau kapal selam. Pernah juga membayangkan saya tidak bakalan pergi ke toko, pasar atau swalayan untuk sekedar beli kolor karena sudah punya printer 3D.
Kalau pun resleting celana denim saya rusak, kan saya juga bisa mengeprint peniti untuk disematkan di celana, menggantikan resleting yang rusak itu. Begitulah, mungkin bayangan-bayangan geblek saya sebagai orang udik, kampungan, yang tak tahu diri dan tak tahu kemajuan teknologi. Situs Resmi Sbobet
Maklum, di kampung saya, orang-orang masih ngurusi dan debat masalah Yasinan itu bid’ah atau tidak, doa Qunut itu sesat atau tidak, Khilafah harus diterapkan karena solusi semua hal, meskipun kampung sudah menganut demokrasi. Jadi, yang memaksakan Khilafah itu yakin bisa mengatasi segala masalah seperti masalah padi tidak subur, masalah tikus yang menyerang padi, masalah anak tetangga yang mulai meniti karier jadi cabe-cabean dan ngantornya di Kandang Kambing. Ingat seseorang nggak, tentang Kandang Kambing ini?
Jadi ya maklum saja, karena memang kondisi masyarakat di kampung saya seperti itu. Masih tetap ribut soal seperti itu. Ketika saya mendengar kabar ada printer tiga dimensi, ya saya kaget. Meski, katanya printer ini sudah dikembangkan sejak tahun 1980-an oleh Charles Hull. Dan celakanya, saya baru tahu beberapa tahun belakangan saja.
Padahal, pada 1996, Z Corp, Stratasys dan 3D Systems telah membuat printer 3D dan dipamerkan kepada semua orang untuk pertama kalinya. Pada satu dekade selanjutnya, muncullah Reprap. Ini, barang ini, Reprap ini, (terlalu banyak “ini” yak?) adalah printer 3D yang bisa mengeprint dirinya sendiri. Jadi si doi bisa mencetak dirinya sendiri . Luar Biasa!!!
Mohon jangan terlalu menganggap saya lebay, karena pada kenyataannya saya masih tetap saja heran dan takjub. Harap dimaklumi saja. Saya ini kampungan.
Nah, yang lebih membuat saya takjub lagi adalah di kampung sebelah saya, sebuah kampus telah meneliti dan menciptakan printer 3D yang bisa ngeprint rumah! Ini ketakjuban saya semangkin menjadi-jadi. Kampung sebelah itu namanya Amerika Serikat, dan kampusnya yang mengembangkan printer 3D itu, MIT (Massachusetts Institute of Technology). Agen Judi Bola Online
Tapi jangan dikira bentuk printernya seperti printer konvensional. Printernya itu punya dua “lengan robot”. Panjang dan pendek. Fungsi lengan panjang untuk penjangkauan dan lengan pendek lebih ke ketangkasan. Alat yang berbeda, bisa diletakkan di lengan yang pendek ini, seperti mesin las atau nozzle yang bisa menyemprotkan bahan bangunan seperti busa.
Printer 3D garapan peneliti MIT itu rencananya bakal “disebarkan” ke tempat terpencil seperti negara berkembang (saya kok membayangkan kampung saya). Meski kendala seperti listrik bakal jadi hambatan, tapi printer 3D MIT bisa digunakan dengan tenaga panel surya. Pembangunan di tempat terpencil bisa dipercepat. Haibat!!!
Faktanya, printer 3D yang diteliti oleh Steven Keating dan laporannya diterbitkan di jurnal Science Robotic ini, bisa membangun sebuah kubah dengan diameter 50 kaki dan tingginya 12 kaki (silakan dikonversi sendiri ke ukuran meter, kalau tak biasa ngukur dengan ukuran kaki). Dan waktu yang dibutuhkan kurang dari 14 jam. Wow!!!!
Kalau di Rusia sono ada Start-up, kalau tidak salah namanya Apis Cor. Februari kemarin, mereka membangun rumah dengan luas 400 kaki dan menggunakan bahan senilai sekitar 10.000 dolar. Jadi sekitar Rp 130 juta. Dan waktu yang dibutuhkan untuk bikin rumah itu 24 jam. Aje gileeee!!!
Murah dan cepet ya? Kalau di kampung saya yang udik, duit segitu juga sudah bisa bikin rumah. Tapi lama! Dan untuk kota Jakarta misalnya, bangun rumah dengan biaya segitu kan pasti terbilang murah dan cepat pula.
Memang, teknologi kampung-kampung sebelah sono sudah pada maju. Dan teknologinya banyak membuat saya berdecak kagum. Tapi keberadaan printer 3D yang bisa bangun rumah ini, bikin saya was-was juga. Bandar Casino Terpercaya
Soalnya, banyak tetangga saya, juga teman-teman saya, yang cari duit dari profesi kuli serta tukang bangunan. Kalau Apis Cor melebarkan sayap promosi ke kampung saya, para kuli dan tukang bangunan bakal terancam jadi pengangguran. Juga kalau Pak Jokowi beli printer 3D milik MIT itu untuk mempercepat pembangunan, para kuli dan tukang bangunan juga bakalan bingung cari kerjaan baru.
Nah, begitulah teknologi terbaru yang dapat mempermudah pembangunan hunian bagi manusia. Rencananya sih, kayaknya mereka, orang-orang di kampung sebelah sono, juga sudah pada mikir caranya bikin bangunan di Mars atau di Bulan atau barangkali juga di planet Namex, tempat Piccolo tinggal. Jadi nanti kalau bumi padat, kan manusia bisa migrasi ke sana dan dibuatkan rumah dari printer 3D.
Bagaimana cara kerjanya dan bagaimana beton konsentratnya bisa disusun oleh printer 3D? Cari sendiri di YouTube ya. Saya bingung mau ngejelasin, soalnya saya juga masih geblek. Kura-kuralah begitu.
Tidak ada komentar