Header Ads

Anies Kembali Disindir Mengenai Kemampuan Memimpin nya !

Anies Kembali Disindir Mengenai Kemampuan Memimpin nya ! - Anies baru-baru ini melemparkan pernyataan yang nyelekit tentang Pemprov DKI yang katanya bangga dengan semboyan, “kami pelayan warga,” seperti yang dilansir Kompas.com. Sudah jelas siapa yang disindirnya, siapa lagi kalau bukan Ahok dan Djarot. Pernyataan Anies itu menunjukkan sisi gelapnya bukan hanya dengan hobinya yang demen menyindir tapi juga arogansi atau kesombongan tingkat dewa padahal belum dilantik dan teruji sebagai sebagai pemimpin DKI. Berikut paparan arogansinya:



Pertama, kesombongan atau kepongahannya yang tidak memahami bahwa sebenarnya ada model leadership modern yang dikenal dengan sebutan “Servant Leadership”, atau pemimpin sebagai pelayan. Sebagai seorang cendekiawan atau intelektual, mosok tidak paham dengan teori Servant Leadership? Pemimpin sebagai pelayan adalah adalah model kepemimpinan yang sudah populer dalam tiga dekade terakhir. Fortune menampilkan beberapa perusahaan raksasa dunia mempraktekkan servant leadership, sebut saja Starbucks, Marriot International, Nordstrom, dan lain-lain. Model kepemimpinan dan manajemen Servant Leadership banyak dipakai CEO dunia dalam bisnis sampai saat ini.

Dari mana munculnya teori kepemimpinan model Pelayan sebagai Pemimpin?  Adalah Robert K. Greenleaf (1904-1990) pada tahun 1970 dengan bukunya  yang berjudul The Servant as Leader  memperkenalkan istilah ini dalam dunia kepemimpinan. Greenleaf adalah Vice President American Telephone and Telegraph Company (AT&T). Greenleaf dalam bukunya menyatakan kebutuhan akan jenis baru model kepemimpinan  yaitu suatu model kepemimpinan yang menempatkan pelayanan kepada orang lain, termasuk karyawan, pelanggan dan masyarakat sebagai prioritas nomor satu. Situs Resmi Sbobet

Greenleaf berpandangan sederhana  bahwa seorang pemimpin besar adalah melayani orang lain. Jadi kepemimpinan yang sejati muncul dengan motif utamanya adalah keinginan menolong sesama. Motonya adalah melayani dengan hati dan menempatkan pelayanan kepada warga atau rakyat sebagai hal yang utama. Bukankah pelayanan (service) yang baik selalu dicari oleh masyarakat dewasa ini? Dunia usaha saja berlomba-lomba memberikan pelayanan yang baik, service yang baik sampai muncul istilah excellent service. Lalu Anies sendiri mau menolak gagasan itu, jadi rupanya beliau tidak sanggup untuk memberikan service yang baik, sehingga bisa menjadi alasan suatu saat kalau pelayanan publik DKI mundur teratur dan total!

Kedua, arogansi Anies yang tidak memahami undang-undang pelayanan publik. Undang-Undang Pelayanan Publik (secara resmi bernama Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik) adalah undang-undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri. Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, jika pihak Anies menolak melayani, pegimana ini? Menyalahi undang-undang loh Pak!

Peningkatan pelayanan publik (public service) harus mendapatkan perhatian utama dari pemerintah, karena pelayanan publik merupakan hak-hak sosial dasar dari masyarakat (social rights) ataupun fundamental rights). Perlayanan publik yang dilakukan oleh pemerintahan atau koporasi yang efektif dapat memperkuat demokrasi dan hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi sosial, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber daya alam, memperdalam kepercayaan pada pemerintahan dan administrasi publik (Wikipedia). Agen Judi Bola Online

Bukankah tugas itu yang mati-matian dilakukan pemerintahan saat ini baik di tingkat nasional oleh Jokowi dan di DKI yang dilakukan oleh Ahok semasa menjadi Gubernur DKI bersama Pak Djarot. Maka tidak heran, Ahok selalu menggunakan jargon melayani warga karena dia sadar dirinya hanya pelayan masyarakat. Jika Anies belum menyadari statusnya sebagai pelayan masyarakat DKI maka baiknya masih ada waktu untuk introspeksi diri sembari mempelajari undang-undang tentang pelayanan publik, kalau bisa dihafal diluar kepala deh Pak. Tapi sadar diri nggak cukup.

Pemimpin sebagai pelayan itu haurs menunjukkan karakteristik utama yaitu humble alias kerendahan hati. Menempatkan warga, bukan dirinya sebagai prioritas utama dan segala upaya, pikiran, tenaga dan strategi dikerahkan dan diupayakan lagi-lagi demi kepentingan warga dalam hal ini warga DKI. Jika tidak memiliki kerendahan hati untuk belajar dari kesuksesan orang lain atau kerendahan hati untuk melayani, maka jangan harap kita bisa mendapatkan pelayanan yang terbaik dari sang Gubernur Anies. Memang kalau hasrat dan ambisi berkuasanya sangat dominan, sulit untuk memiliki jiwa atau hati yang melayani. Kontras dengan orang yang menjadi pelayan maka dalam hati dan jiwanya akan selalu memunculkan dan menempatkan kepedulian atau kebutuhan orang lain sebagai prioritas utama, bukan dirinya.

Ketiga, kesombongan karena dirinya tidak memahami praktek servant leadership atau pemimpin sebagai pelayan yang dilakukan duet Ahok Djarot. Pemimpin sebagai pelayan sebenarnya menunjukkan keberpihakan pemimpin kepada rakyat kecil atau warga yang sangat membutuhkan pelayanan yang baik dan itu dilakukan oleh duet Ahok Djarot. Ahok dan Djarot selalu menyediakan telinga mendengarkan curhat warganya di Balai Kota, itulah bukti kepemimpinan yang mau peduli dengan kebutuhan warga. Itulah karakteristik pemimpin yang berpihak kepada wargai karena dia memastikan dirinya melayani dan memprioritaskan kebutuhan warga yang dilayaninya. Apa yang salah di sini Pak Anies?

Ahok Djarot sebagai pemimpin Pemprov DKI sewaktu Ahok masih menjabat jelas adalah sebagai pemimpin pelayan dalam hal segala agenda dan programnya benar-benar dipikirkan dan didisain untuk kepentingan warga. Sayang banyak pihak memelintir dan mengekspos bahwa keduanya tidak berpihak pada rakyat kecil. Anies juga menyindir bahwa Ahoklah yang dominan padahal kenyataannya ketika berada di lapangan maka di lini depan baik di kantor-kantor pemerintah dan pelayanan publik tentu saja bukan Ahok Djarot lagi. Justru para pegawai pemerintah yang berkompeten dan memiliki agenda yang selaras dengan pemimpin DKI yaitu untuk melayani masyarakat. Bandar Casino Terpercaya

Jadi para petugas yang juga menjalankan program Pemprov DKI melakukan tugas semata-mata bukan demi citra pemimpinnya terlihat baik tapi semata-mata demi kesejahteraan dan kenyamanan warga. Segala daya upaya dilakukan orientasinya bukan untuk kepentingan dan kenyamanan  pemimpinnya tapi justru semuanya untuk warga. Kepemimpinan pelayan memandang masalah di Jakarta sebagai masalah yang kongkrit sedangkan seorang pemimpin yang tidak berjiwa pelayan akan sibuk berkutat dengan gagasan yang penuh retorika dan teori yang membumbung tinggi.

Kepemimpinan pelayan adalah berorientasi pada perubahan yang secara kongkrit, real atau nyata dalam masyarakat. Kepemimpinan pelayan selalu mencari peluang dan cara  untuk menciptakan perubahan positif di seluruh kehidupan masyarakat. Jakarta mencari bukan hanya pemimpin tapi pemimpin pelayan. Pemimpin yang memiliki hati yang melayani. Percuma kalau pemimpin yang memimpin dengan hati tapi tidak mau melayani dengan hati!

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.