Amien Rais Kembali Diduga Menerima Uang Suap Hasil Korupsi
Amien Rais Kembali Diduga Menerima Uang Suap Hasil Korupsi - Berbicara tentang Amien Rais, tidak perlu menilik sampai jauh ke belakang. Tokoh yang katanya disebut sebagai bapak reformasi ini sudah banyak dibahas, jadi saya hanya akan mulai dari seminggu lalu saat dirinya menghadiri peluncuran buku yang berjudul ‘Usut Tuntas Dugaan Korupsi Ahok’ dan menjadi pembicara utama. Buku ini ditulis oleh Marwan Batubara. Acara ini juga dihadiri oleh, ehem, Wakil Ketua Umum Gerindra Fery Juliantono, anggota Komisi III DPR Fraksi PKS Nasir Djamis, dan juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto. Tidak heran yah?
Ahok, menurut Amien, dibentuk oleh media massa sebagai sosok yang jujur, bersih, dan tegas. Ahok dinilai beberapa kali memfasilitasi konglomerat untuk membesarkan kerajaan bisnisnya, antara lain dengan memanipulasi pemilikan lahan, memberi lahan hasil gusuran, atau memberi izin reklamasi Teluk Jakarta. Penggusuran Kalijodo juga disoroti orang ini, di mana Amien menilai lahan Kalijodo dikembangkan oleh konglomerat tertentu. Situs Resmi Sbobet
Selain itu dia juga menyoroti kebijakan Ahok dalam pembangunan instrastruktur tanpa APBD sangat tidak transparan, berlangsung tanpa tender, dan hanya menguntungkan oligarki penguasa pengusaha. Sepertinya dia menyinggung masalah RPTRA dan RTH serta simpang susun Semanggi yang dibangun tanpa menggunakan APBD. Itulah hebatnya orang yang bisa-bisanya mengkritik orang yang telah menyelamatkan atau setidaknya menghemat duit APBD. Dulu siapa yang tahu CSR? Hanya sedikit. Lalu mana transparansinya? Tak ada yang tahu dipakai untuk apa saja. Hanya Ahok yang membuat kita mengerti tapi malah dibilang tidak transparan, tertutup dan untuk kepentingan pribadi. Seolah belum puas, Ahok juga diduga terlibat dalam kasus Taman BMW dan lahan RS Sumber Waras.
Selain itu Amien Rais terkenal vokal dan lantang kalau sudah mengungkit tentang Ahok. Entah dendam kesumat apa yang dipendam hingga menjadi begitu benci terhadap Ahok. Bahkan saat PDIP memutuskan mengusung Ahok dan Djarot pada Pilkada lalu, Amien protes mengapa harus Ahok, hok, hok, hok. Dia beralifialiasi dengan PAN, kenapa harus sibuk dengan pilihan PDIP seolah dia memiliki mayoritas saham di sana?
Lalu seminggu kemudian, muncul berita yang, jujur saja, tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Saya merasa orang ini hanya murni membenci Ahok atau tidak sepaham dengan pemerintahan sekarang. Bagi saya itu wajar kalau ada kontra, meski kadang alasannya butuh otak versi lain untuk memahaminya. Agen Judi Bola Online
Dua mantan ketua umum PAN yakni Amien Rais dan Sutrisno Bachir disebut menerima uang hasil korupsi pengadaan alat kesehatan di Kementerian Kesehatan tahun 2005. Sutrisno Bachir disebut menerima Rp 250 juta pada 26 Desember 2006. Sementara uang mengalir ke rekening Amin Rais berjumlah Rp 600 juta yang ditransfer sebanyak enam kali. Transfer pertama pada 15 Januari 2007, kemudian 13 April 2007, 1 Mei 2007, 21 Mei 2007, 13 Agustus 2007 dan 2 Nopember 2007 masing-masing Rp 100 juta. Uang tersebut ditransfer dari rekening Yurida Adlaini selaku sekretaris Yayasan Sutrisno Bachir Foundation.
Saya tak perlu lagi mengulang asal muasalnya karena media mainstream sudah bahas panjang lebar. Dan seperti biasa, jika ada satu nama disebut dalam sebuah kasus, pasti akan ada klarifikasi yang juga sudah mainstream, yaitu bantahan. “Saya kira dalam banyak kasus yang terjadi di KPK kan ada orang-orang yang disebut menerima aliran dana. Dalam perkembangannya, bisa saja bersumber dari pengakuan sepihak,” kata Waketum PAN Mulfachri Harahap. Sampai saat ini, masih belum ada klarifikasi dari yang bersangkutan.
Meski harus dikaji dan diusut lebih jauh lagi apakah benar atau tidak, tapi kita harus tabayyun dulu meski sudah dikatakan ada 6 kali transfer dan tanggalnya pun disebutkan dengan jelas. Mari kita tabayyun dulu, jangan asal tuduh.
Tapi kalau misalkan ini sampai terbukti, maka inilah contoh paling bagus untuk menjelaskan ungkapan maling teriak maling. Kenapa? Dari dulu vokal menentang, mengkritik, nyinyir dan seminggu lalu menjadi pembicara dalam peluncuran buku dugaan korupsi yang dilakukan Ahok. Kalau sudah menjadi pembicara dalam acara seperti itu, maka asumsi awal adalah orang ini anti korupsi, melawan korupsi dan bahkan dengan heroiknya meminta kasus dugaan korupsi Ahok dan kasus-kasus korupsi lainnya diusut hingga tuntas. Terdengar hebat, bukan? Sungguh tokoh yang sangat pantas menerima respek karena semangat anti korupsi. Makanya dulu saya hanya menilai Amien Rais hanya sekadar membenci Ahok, tidak lebih tidak kurang.
Tapi ketika Jaksa KPK Ali Fikri membacakan dakwaan dan menyinggung nama Amien Rais, ini sungguh mengejutkan, setidaknya bagi saya. Mungkinkah ini sebuah karma yang sangat cepat berbuah, hanya dalam waktu seminggu sejak hadir dalam peluncuran buku. Bahkan dalam kata pengantarnya Amien Rais menjelaskan dengan baik pengertian korupsi dan undang-undang yang menjadi landasannya. Ternyata apa yang dikatakannya seminggu lalu menjadi goyah dan terbanting dengan keras. Ucapannya ini seolah menjadi angin lalu dan pepesan kosong belaka. Memang ini masih harus dikaji, dan kalau sampai terbukti, entah bagaimana caranya menyelamatkan wajah orang ini. Bandar Casino Terpercaya
Berita ini juga seolah menampar kita untuk menyadari seperti apa wajah-wajah orang yang ucapan dan perbuatannya tidak sinkron, kritik terhadap pemerintah tapi diri sendiri ternyata juga tidak lebih baik dari itu. Menuduh orang (Ahok) melakukan korupsi tapi ternyata diri sendiri malah diduga terima uang korupsi. Merasa paling benar sendiri, tapi ternyata diduga terlibat kasus yang mungkin bisa menghancurkan kredibilitasnya. Juga tidak diketahui bagaimana kelanjutannya apakah akan terus berkembang pengusutannya atau tidak, yang jelas ini menjadi semacam kejutan syok dijatuhkan tepat di depan Amien Rais. Bagaimana pun juga, mau tak mau harus bikin klarifikasi, karena berita ini sudah meluas, namanya ikut terseret dan mau tak mau dia harus membuktikan kredibilitasnya seperti yang selama ini lantang dia suarakan. Mari kita tunggu klarifikasi dan bagaimana kelanjutan kasus ini.
Tidak ada komentar