Meski Tak Resmi, Istri Gubernur Bengkulu Lebih Berkuasa Dibandingkan Gubernur Sendiri !
Meski Tak Resmi, Istri Gubernur Bengkulu Lebih Berkuasa Dibandingkan Gubernur Sendiri ! - Setelah peristiwa Operasi Tangkap Tangan KPK yang menjerat Gubernur Bengkulu, Ridwan Mukti, dan istrinya, Lily Martiani Maddari, terungkap sebuah fakta menarik. Pegawai di lingkungan Pemprov Bengkulu ternyata tidak terkejut mengetahui istri sang Gubernur ikut terjerat kasus. Bisik-bisik yang santer menyebutkan bahwa Lily seperti Gubernur bayangan di Bengkulu. Secara resmi tidak menjabat, namun bisa sangat berkuasa dan tak segan memerintahkan ini itu di luar wewenangnya. Agen Sbobet Online
Bahkan soal sepele seperti taplak meja atau warna wallpaper dinding kantor yang tak sesuai saja bisa membuat Lily naik pitam dan serta merta minta diganti.
“Dia tak suka warnanya, langsung minta diganti semua,” kata pegawai yang enggan disebut namanya itu.
Kebayang nggak sih berapa belas juta rupiah yang harus terbuang sia-sia hanya karena Lily tak suka dengan motif wallpaper di kantor pemerintah. Penggunaan anggaran yang sangat tidak penting ketika dana operasional harus dikeluarkan lagi untuk mengganti wallpaper hanya karena Nyonya Gubernur tidak suka.
Seorang pemimpin kantor perwakilan lembaga negara di daerah menceritakan pengalamannya ketika mengajukan permohonan peminjaman gedung milik Pemerintah Provinsi Bengkulu beberapa waktu lalu. “Semua pejabat tak mau mengeluarkan izin kalau belum ada persetujuan Ibu Gubernur,” ujarnya.
Meski dalam pemeriksaan KPK status Lily disebut sebagai ibu rumah tangga biasa, namun sejatinya sepak terjangnya di dunia bisnis sejak usia 21 tahun serta di ranah politik tidak bisa dipisahkan begitu saja. Ia sempat duduk di kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Selatan pada 2009. Saat itu Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan sempat meminta keterangannya dalam kasus penyelewengan dana hibah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2013 Provinsi Sumatera Selatan senilai Rp 2,1 triliun namun entah bagaimana caranya Lily masih lolos. Agen Bola Online
Lily juga disebut memainkan peran penting dalam tim pemenangan Ridwan Mukti di Pilgub Bengkulu 2015 lalu. Sama ketika Lily membantu mantan suaminya, Saifuddin Aswari Rivai, memenangi Pemilihan Bupati Lahat di tahun 2008.
“Lily punya tim sendiri yang berlapis-lapis, sehingga sedikit saja ada yang menyimpang dapat terpantau olehnya,” kata kerabat tersebut.
Sepertinya Lily memang sosok yang dominan. Di satu sisi mungkin betul pepatah di balik keberhasilan seorang suami (Ridwan Mukti yang berhasil menjadi Gubernur Bengkulu) ada wanita hebat di belakangnya sebagai support system. Sayangnya support yang diberikan salah. Alih-alih mendorong suaminya menjadi pemimpin yang amanah, mereka justru berkonspirasi untuk melakukan hal-hal yang berlawanan dengan pakta integritas yang dulu pernah ditandatangani Ridwan. Bayangkan hanya dari proyek yang kasusnya diungkap KPK ini saja mereka dijanjikan fee 4,7 Milyar Rupiah jika PT Statika Mitra Sarana (PT SMS) bisa menggarap dua proyek jalan di Bengkulu. Dan itu angka bersih. Tidak ada jaminan bahwa selama masa kepemimpinan Ridwan yang belum genap 2 tahun baru kali ini Ia menerima uang suap. Dan entah berapa besar yang selama ini sudah Ia terima.
Mirisnya Ridwan kini justru menuding bahwa itu adalah kekhilafan sang istri.
“Saya mohon maaf. Saya harus bertanggung jawab terhadap kekhilafan istri saya,”
Asumsi saya tidak mungkin menimpakan kesalahan ini hanya kepada Lily dengan mengatakan “yang khilaf adalah istri saya“. Itu hanya tindakan pengecut meski Ridwan berani mundur dari jabatan partai maupun struktural sebagai Gubernur. Ridwan pasti tahu tentang hal ini karena kepada siapa lagi Lily akan membuka jalan agar PT SMS bisa mendapatkan proyek? Tapi mengapa Ridwan sebagai tokoh yang pernah mendapatkan penghargaan akhlaq mulia tidak bisa menghentikan istrinya? Takutkah Ia pada sang istri? Masak seorang Gubernur takut dengan istrinya yang bukan siapa-siapa? Atau mereka berdua memang sama-sama rakus? Bandar Casino Terpercaya
Sekali lagi, seorang imam atau kepala keluarga yang baik seharusnya bisa mengendalikan sang istri bukan malah dikendalikan istrinya. Saling mengingatkan dan bukannya saling berkonspirasi untuk berbuat kejahatan.
Tidak ada komentar